Usman Yatim Center

Membangun Iman dan Karakter

Geert Wilders Teroris Modern

Oleh Drs Usman Yatim MPd

ImageRohaniawan Katolik Franz Magnis Suseno menyebutkan aktor intelektual film Fitna Geert Wilders merupakan orang pintar. Dia mampu membuat film yang satu sisi menyesatkan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, namun pada satu sisi lain dia dapat mengungkapkan opini yang membuat dunia berang tapi di negaranya Belanda tidak dapat dijerat secara hukum.

Romo Magnis dalam wawancara dalam salah satu media televisi itu mengatakan, Geert Wilders membuat film Fitna bertujuan untuk menimbulkan ketakutan dan rasa benci di kalangan masyarakat Eropa terhadap Islam. Geert Wilders kembali mengembangkan pobi Islam. Selain itu dia juga mau memprovokasi umat Islam agar melakukan tindakan anarkis, terror sebagaimana digambarkan dalam film Fitna yang dia garap.

Apa yang dikemukakan oleh Romo Magnis hampir banyak disetujui oleh tokoh-tokoh yang juga mengecam adanya film Fitna. Ketua Umum PP Muhammadiyah, misalnya, juga menyebutkan bahwa  Fitna sangat potensial mendorong ketegangan atau kebencian antar peradaban khususnya antara Islam dan Barat. “Geert Wilders pantas diadukan ke Mahkamah Internasional sebagai penjahat peradaban,” kata Din.

Menyimak pendapat Romo Magnis dan Din itu maka rasanya sah saja jika Geert Wilders dinilai tidak jauh berbeda dengan prilaku para teroris yang dikutuk oleh dunia. Geert Wilders sesungguhnya dapat saja dinilai punya karakter sama dengan pelaku pemboman di Bali, peledakan WTC di New York atau sebagaimana digambarkannya di dalam Fitna. Apa yang dilakukan oleh para teroris dan Geert Wilders bertujuan sama, yaitu ingin menimbulkan rasa takut, benci, marah, dan segala bentuk ketegangan lainnya. Artinya kita dapat menyebut Geert Wilders sebagai seorang teroris modern.

Istilah teroris modern patut dikedepankan karena selama ini kita hanya terpaku kepada para pelaku terror sebagaimana yang digambarkan dalam film Fitna garapan Geert Wilders. Memang terror klasik berupa tindakan kekerasan secara langsung menimbulkan dampak yang luar biasa. Rasa takut, marah dan benci, langsung muncul begitu aksi terror terjadi. Aksi pemboman dan peledakan yang menewaskan banyak orang tak berdosa dapat membuat kita langsung mengutuk perbuatan tersebut.

Lantas, apa beda dengan yang dilakukan oleh Geert Wilders? Bukankah tujuannya sama? Semua orang yang punya hati nurani juga pasti mengutuk tindakan Geert Wilders. Malahan Geert Wilders lebih berbahaya daripada para teroris pada umumnya. Para teroris klasik dapat diburu, dikejar sampai ke mana pun dan diberi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Lantas bagaimana dengan Geert Wilders? Apa mungkin Mahkamah Internasional mau mengadilinya sebagaimana tuntutan yang mencuat saat ini? Dapat dipastikan, tidak akan ada pengadilan buat Geert Wilders, sama seperti pembuat kartun Nabi Muhammad yang juga sempat menimbulkan keberangan umat Islam.

Hukum di dunia Barat memang unik. Jika kita ikuti, kita dapat melihat banyak individu, terutama para selebritis menuntut media yang memberitakan tentang dirinya bersifat fitnah. Tuntutan itu, cukup banyak yang berhasil seperti dikabulkannya gugatan ganti rugi. Namun, jika pemberitaan atau penayangan yang tidak ditujukan pada individu, seperti dilakukan oleh Geert Wilders dan pembuat kartun Nabi Muhammad, dia dapat bebas dari jerat hukum dengan dalih hal itu merupakan hak asasi manusia untuk memiliki kebebasan dalam berpendapat.

Kita selama ini sering mengungkapkan bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Ajaran Islam sangat melarang berbuat fitnah dan merupakan dosa besar. Semua agama tentunya juga sependapat tentang larangan fitnah ini. Melihat dari apa yang dilakukan oleh Geert Wilders, kita perlu mulai dari sekarang mencuatkan tentang bahayanya terror modern. Dampak yang ditimbulkan oleh terror modern ala Geert Wilders akan berdampak jangka panjang. Teror modern merupakan terror mental, merasuk dalam pikiran seseorang. Bukankah pikiran merupakan sebuah kekuatan yang jika bersifat negative dapat sangat membahayakan?

Teror modern menimbulkan rasa kebencian, permusuhan, dan sikap saling curiga di kalangan antar umat beragama, terutama umat Islam dan umat Kristen. Bukan tidak mungkin, terror Geert Wilders memunculkan terror klasik, aksi kekerasan, brutalisme dan anarkisme yang dapat dilakukan oleh siapa saja, pemeluk agama apapun. Jangan kaget, terror klasik dapat terjadi lagi dan pelakunya bisa dari orang agama manapun. Hal paling berbahaya jika pelakunya mengklaim dari agama A tapi aktor sesungguhnya dari agama B. Lempar batu sembunyi tangan, adu fitnah akan jauh lebih berbahaya dari terror apapun.

Mudah-mudahan, semua kita para penganut agama dapat menyadari bahaya terror modern ini. Apa yang dikemukakan oleh Romo Magnis, yaitu kita jangan mudah melakukan generalisasi seperti ulah Geert Wilders, patut kita garisbawahi. Begitu pula dengan seruan para tokoh, termasuk Presiden SBY yang mengajak agar semua kita, terutama umat Islam, tidak terlalu emosional, tidak terpancing atau tidak terprovokasi oleh ulah Geert Wilders. Politisi Belanda Geert Wilders ini memang sengaja mau memancing emosi umat Islam di dunia. Jika kita terpancing, melakukan tindakan anarkis maka memang Geert Wilders sukses dengan pembuatan film Fitna yang menghebohkan itu. ***

Januari 9, 2009 - Posted by | Karya Tulisan

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar