Heboh Soal DPT, Perlu Ada Kementerian Kependudukan
“Oleh karena itu kalau nanti ada menteri kependudukan, solusi persoalan data penduduk tidak akan menjadi perdebatan lagi,” kata Dr Sugiri Syarief menjawab pertanyaan wartawan seputar data penduduk tetap (DPT) yang diributkan belakangan ini. Sugiri ditanya saat “Seminar Peran ICT (Information Communication Technology) Dalam Perencanan Pembangunan dan Kependudukan di Indonesia” di Kator Pusat BKKBN Jakarta, Rabu lalu. Seminar ini antara lain menampilkan pembicara mantan Menteri Kependudukan/Kepala BKKBN Prof Dr Haryono Suyono MA.
BKKBN, kata Sugiri Syarief, mempunyai data Demografi yang berisi data mengenai individu, dari lahir, kalau sudah punya NIK yang sifatnya pribadi tidak boleh diakses oleh siapapun, tetapi ada disitu. “BKKBN mempunyai data keluarga berencana, data keluarga miskin atau tidak, punya pekerjaan atau tidak, yang sudah kawin berapa dan yang belum berapa? Data ini sangat penting karena dapat untuk intervensi seluruh penjuru dunia. Intervensi kemiskinan, ketanagakerjaan juga lewat data itu,” ucapnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (23/3) lalu memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden yang antara lain membahas masalah DPT. “Saya ingin kita bisa merespon pemberitaan di luar yang menyangkut pelaksanaan Pemilu, terutama terkait dengan isu DPT,” kata SBY di awal rapat. “Saya mengamati perkembangan yang ada di masyarakat luas dan pernyataan yang dilontarkan beberapa tokoh politik seolah-olah ada hal yang tidak benar dalam DPT ini. Saya ingin pemerintah proaktif dengan cara apa yang bisa dibantukan kepada KPU agar betul-betul hal-hal yang tidak sepatutnya terjadi, tidak terjadi. Kita ingin agar pemilu berjalan dengan baik, tidak ada kecurangan dan penyimpangan,” lanjut SBY.
Presiden SBY juga mendorong jajaran Bawaslu, Panwaslu, dan semua yang berkepentingan langsung dalam penyusunan DPT ini. “Jelaskan ke masyarakat duduk masalah yang sesungguhnya. Jangan sampai Pemilu belum diselenggarakan sudah ada keresahan,” kata SBY menegaskan.
Sementara itu Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, BPS mengumpulkan data pribadi untuk diagregit menjadi data makro bukan data mikro. “Jadi kalau data mikro lalu diumumkan itu keliru dan melanggar. Misalnya, umur saya tiba-tiba diumumkan sedangkan saya tidak setuju umur saya dimumkan, maka itu namanya melanggar, kecuali waktu pendataan itu sudah ditanyakan dan boleh diumumkan atau tidak? Tetapi kalau tidak diberitahukan itu namanya melanggar UU pribadi,” kata mantan Menteri Kependudukan ini.
Ditambahkan, asalnya pendataan yang dilakukan oleh BPS atau dilakukan oleh kombinasi dengan data regretasi penduduk dalam negeri, karena sedang diperbaiki maka pasti saja ada kelemahan. Kelemahan yang satu karena sistem yang dipakai adalah sistem pasif. Artinya si pendata, menerima laporan atas perubahan kependudukan. Perubahan kependudukan itu adalah perubahan lahir, pindah tempat, meninggal dll. Kalau hal itu tidak dilaporkan maka data-data juga tidak akan berubah karena sifat pendataannya pasif. Sedangkan pendataan yang didlakukan BKKBN adalah data yang aktif, artinya petugas lapangan menjeput bola dan kalau ada perubahan maka data-data itu disesuaikan.
“Tetapi data pemilih tetap (DPT) itu bagus dibandingkan dengan data yang golput, karena mungkin golputnya lebih besar dibanding dengan yang tidak melapor. Jadi tidak perlu diributkan. Kalau data itu dirubah lagi persoalannya tidak mudah, tidak selesai seminggu atau dua minggu karena harus ada definisi, penduduk itu apa? Penduduk yang menetap di suatu tempat dalam ukuran apa? Apa menetap karena lahir disitu, apa tinggal di situ tiga bulan berturut-turut atau baru datang lalu menetap di situ. Definisinya harus ditetapkan, menetapkan devinisi itu tidak mudah. Apa dia baru datang dianggap penduduk, tidak punya KTP dianggap penduduk itu semua harus dirapatkan dan tidak selesai seminggu.”
Program KB Harus Dikerubut
Sementara dalam seminar ICT, Haryono mengatakan, keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera yang menjadi motto Keluarga Berencana (KB) pada akhirnya akan menjadi tanggung jawab keluarga. Tetapi keluarga ini harus dikerubut oleh banyak pihak, sehingga perusahaan swasta yang bisa menolong melalui (ICT) sampai ke tingkat pedesaan. Namun jangan hanya sistemnya saja diperbaharui tetapi Lembaga Swadaya Masyakat (LSM) maupun organisasi masyarakat lain yang menjadi patner dari BKKBN maupun lembaga-lembaga pemerintah juga harus diopeni, termasuk keluarga-keluarga yang telah mejadi akseptor KB.
Dia mengungkapkan program KB sampai tahun 1990-2000 itu adalah program KB tahap awal jangka pendek dan jangka menengah. Sekarang ini sudah memasuki program KB jangka panjang, yaitu pembangunan keluarga sejahtera yang KB-nya itu sudah otomatis tidak usah promosi besar-besaran, tetapi untuk pembangunan keluarga sejahtera. “Keluarga-keluarga inilah kita jadikan agen untuk membangun penduduk Indonesia atau manusia Indonesia seutuhnya. BKKBN harus ditingkatkan menjadi peranan kependudukan,” ujarnya sambil menambahkan bahwa kemiskinan yang pernah turun menjadi 11% sekarang naik lagi.
Penduduk yang usianya 15 tahun-24 tahun sekarang jumlahnya hampir 150 juta. ICT untuk mendukung KB menurutnya mempunyai tiga peran utama. Pertama, peran untuk memelihara komitmen dan organisasi, sehingga organisasi dapat masuk didalamnya. Komitmen itu tidak tergantung komitmen pemerintah saja tetapi komitmen rakyat yang menjadi konstituen dari lembaga. Komitmen kedua ICT adalah untuk memelihara jaringan dan kegiatan yang terukur. Dan ketiga, melakukan pelaporan dan evaluasi manajemen, sehingga terbuka dan dapat diakses melalui web dsb.
Program ini diubah, bukan milik BKKBN, tetapi program ini menjadi milik kita. Jadi punyaku menjadi punya kita. Kalau program itu masih milik BKKBN itu keliru, karena itu pembangunan keluarga yang masing-masing keluarga penjadi penanggung jawab program. Ketuanya, sudah pindah kepada keluarga. “Pak Sugiri Syarief yang sekarang kepada BKKBN beda dengan saya. Saya dulu kuasa, sedangkan pak Sugiri tidak kuasa lagi, karena menurut UU No. 10 keluarga itu tidak boleh diintervensi oleh BKKBN. Harus oleh keluarganya sendiri. Jadi sekarang ini keluarganya yang diberdayakan, supaya bisa ngopeni anggota keluarganya sendiri ,” kata Haryono Suyono.
Karena hal itu berbentuk organisasi dan komitmen, maka ICT harus bisa menjadi jaminan gubernur, bahwa hasil pendataan harus merupakan bahan ilerning melalui pengembangan web ditingkat propinsi secara terbuka suspaya semua orang bisa meng- imel. Profesinya yang menjadi tanbggung jawab gubernur tetapi web-nya ada di disitu dan mempunyai ling dengan web yang ada di propinsi. Sehingga masyarakat bisa meng-imel secara langsung dengan para pemimpinnya melalui web yang ada didaerah masing-masing.
Oleh karena itu, tambah Haryono Suyono yang juga Ketua Yayasan Damandiri itu, penyebaran peta dan pendataan tidak disampaikan secara soon report tetapi harus menjadi digital sehingga bisa dilaporkan petanya didalam web yang terbuka . Jadi tiap-tiap keluarga bisa mengakses. Maka data yang menjasdi punya kita tadi disajikan dalam bentuk digital sehingga bisa membuat setiuap petusa belajar melalui sistem a learning, reporting, cating dan evaluasi .
Kalau data sudah dibuat berbentuk digital maka setiap dinas dan petugas mempunyai tugas untuk memperluas jangkauan, melakukan pembinaan atau melakukan pembudayaan. Sehingga hasil pendataan keluarga bisa dijadikan bahan merangsang program a learning untuk semua tugas. Proses inilah yang menjadi perluasan jangkauan dengan menggunakan pos-pos pemberdayaan pada tingkat pedcesaan. Sehingga hasil pendataan bisa dijadikan bahan tidak saja a learning oleh kita sebagai petugas tetapi a learning community . Jadi masing-masing komunity jaringan pos bisa mengakses data untuk pidato didalam posnya .
KB yang ada sekarang harus tidak lagi kontrasepsi, tetapi kontennya pendewasaan usia kawin, pengaturan kelahiran dan pembinaan kesejahateraan. Dalam proses pemberdayaan jumlah keluarga sejahtera harus menjadi kekuatan pembangunan, bukan saja kekuatan KB. Seacara langsung data ini harus dikeluarkan secara terus menerus melalui TV mauopun radio sehingga menjadi proses yang tidak putus-putusnya. (sy/uy)
Mantan Kepala BKKBN Prof Dr Haryono Suyono (kanan) didampingi Kepala BKKBN Dr Sugiri Syarief (tengah) saat memberikan paparan pada seminar “Peran ICT Dalam Perencanaan Pembangunan dan Kependudukan di Indonesia”, Rabu lalu.
Semoga pemerintahan 2010-2014 menempatkan penanganan masalah kependudukan & KB sebagai masalah yang prioritas. Tanpa dukungan yang memadai upaya peningkatan kualitas penduduk hanya menjadi bahan retorika para politisi maupun petinggi negara.
Komentar oleh sgmendung | April 21, 2009 |
Kecurangan yang sistematis pada pilleg 2009 kemarin telah dilakukan pemerintah SBY, mulai dari undang-undangnya sampai pelaksanaan di lapangan, terbukti daerah yang bukan basis demokrat,rakyat tidak didaftar, akhirnya 30 juta lebih rakyat DIPAKSA golput. SBY bilang rasanya sakit dituduh curang, kalau nggak mau sakit, ya jangan curang, makanya jangan TERTIPU penampilannya, okay. . .?
Komentar oleh sindon | Mei 7, 2009 |